POTENSI MINYAK JELANTAH SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN SEMANGAT KEMUHAMMADIYAHAN
Minyak jelantah seringkali dianggap sebagai limbah yang tidak berguna. Banyak dari kita cenderung membuangnya begitu saja setelah digunakan untuk memasak. Padahal, pembuangan minyak jelantah yang sembarangan memiliki dampak besar bagi lingkungan. Minyak jelantah ini, banyak mengandung senyawa organik dan lemak sehingga apabila dibuang secara sembarangan ke lingkungan dapat mencemari air tanah, sungai dan lautan.
Namun, tahukah Anda bahwa minyak jelantah sesungguhnya memiliki potensi yang besar? Jika dikelola dengan baik, minyak jelantah ini dapat diubah menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan. Inilah salah satu inovasi teknologi yang menjawab tantangan global dalam mengurangi limbah sekaligus menciptakan sumber energi yang lebih bersih.
Potensi Pemanfaatan Minyak Jelantah Sebagai Energi Alternatif
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan berulang kali untuk memasak, sehingga mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap, bau tengik, dan mengandung senyawa berbahaya seperti asam lemak bebas dan radikal bebas akibat proses oksidasi. Penggunaan minyak jelantah berisiko bagi kesehatan, seperti meningkatkan potensi penyakit kanker dan gangguan kardiovaskular. Apabila minyak jelantah dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan, khususnya air dan tanah. Di Indonesia, produksi minyak jelantah mencapai 416,36 juta kl/tahun. Minyak jelantah memiliki kandungan energi sebesar 41,8 MJ/kg, yang hampir setara dengan bahan bakar minyak sebesar 43,0 MJ/kg. Dengan jumlah yang melimpah dan kandungan energi yang tinggi, minyak jelantah berpotensi digunakan sebagai bahan bakar alternatif, sekaligus menjadi solusi untuk mengatasi masalah pengelolaan limbah.
Salah satu cara mengolah minyak jelantah menjadi energi adalah dengan proses transesterifikasi. Proses transesterifikasi adalah proses kimia yang digunakan untuk mengubah minyak atau lemak menjadi biodiesel, yang merupakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Proses ini melibatkan reaksi antara minyak atau lemak (termasuk minyak jelantah) dengan alkohol (seperti metanol atau etanol) dengan bantuan katalis (biasanya menggunakan KOH atau NaOH). Selama proses transesterifikasi, molekul trigliserida yang terdapat dalam minyak dipecah menjadi dua senyawa utama, yaitu metil ester (biodiesel) dan gliserin sebagai produk sampingan. Setelah reaksi berlangsung, campuran yang dihasilkan dipisahkan untuk menghilangkan gliserin, sisa alkohol, dan katalis, sehingga menghasilkan biodiesel yang bersih dan siap digunakan. Proses ini tidak hanya memungkinkan pemanfaatan minyak jelantah sebagai sumber energi terbarukan, tetapi juga membantu mengurangi limbah minyak yang dapat mencemari lingkungan. Dengan mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel, transesterifikasi turut mendukung pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendorong peralihan menuju energi yang lebih berkelanjutan.
Tanggung Jawab Lingkungan dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, menjaga kelestarian alam adalah kewajiban bagi umat manusia. Allah SWT mengamanahkan manusia untuk menjadi khalifah di bumi, yang berarti kita bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya alam dengan bijaksana. Dalam Surah Al-Baqarah (2:205), Allah mengingatkan kita agar tidak merusak bumi: “Dan apabila dia pergi, dia berusaha merusak di bumi dan menghancurkan tanaman-tanaman dan binatang-binatang ternak. Padahal Allah tidak menyukai kerusakan.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa perusakan lingkungan adalah tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam Islam juga mendorong kita untuk memanfaatkan alam dengan cara yang bertanggung jawab. Dalam konteks minyak jelantah, mengolahnya menjadi biodiesel atau energi alternatif lainnya adalah contoh pemanfaatan sumber daya yang sesuai dengan prinsip Islam. Seperti disebutkan dalam Surah Al-Anbiya (21:16), “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” Ini menunjukkan bahwa segala ciptaan Allah, termasuk minyak jelantah, memiliki manfaat yang harus kita gali dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Muhammadiyah dan Semangat Energi Berkelanjutan
Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam yang peduli terhadap lingkungan, turut serta dalam upaya transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Dalam Fikih Transisi Energi Berkeadilan, Muhammadiyah mendorong umat untuk mempercepat penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan, seperti energi matahari, angin, dan air. Selain itu, Muhammadiyah juga mendukung inisiatif untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil, dengan mengembangkan teknologi yang dapat memanfaatkan limbah seperti minyak jelantah. Pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel adalah langkah konkret yang mendukung tujuan tersebut. Sebagai contoh, Muhammadiyah melalui Majelis Lingkungan Hidup (MLH) dan Lazismu turut aktif dalam program energi terbarukan, salah satunya adalah Program 1.000 Cahaya, yang bertujuan untuk memberikan solusi energi bersih di berbagai daerah. MLH juga meluncurkan buku Fiqih Energi Berkeadilan yang mengajarkan pentingnya kelestarian lingkungan, keberlanjutan sumber daya alam, serta keadilan sosial dalam transisi energi.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Islam
Islam mengajarkan umatnya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat dan kelestarian alam. Pemanfaatan teknologi pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel adalah salah satu bentuk penerapan ilmu yang bermanfaat untuk umat manusia dan lingkungan. Dalam QS. Al-Qashas (28:77) Allah SWT berfirman, “Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” Ayat ini menekankan pentingnya berbuat baik di dunia dengan memanfaatkan ilmu untuk kesejahteraan umat dan bumi.
Muhammadiyah juga mendorong setiap individu untuk berpikir kritis dan terbuka, serta menggunakan ilmu pengetahuan dengan dasar iman untuk kepentingan umat. Ini sejalan dengan firman Allah SWT yang tercantum dalam QS. Al-Isra’ (17:36), “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mengikuti sesuatu yang tidak kita ketahui dengan pasti.
Kesimpulannya, mengola minyak jelantah menjadi biodiesel sebagai energi alternatif adalah solusi yang ramah lingkungan untuk mengatasi masalah limbah serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Teknologi transesterifikasi memungkinkan pemanfaatan minyak jelantah yang melimpah, mengubahnya menjadi sumber energi terbarukan yang lebih bersih. Dalam perspektif Islam, ini sejalan dengan ajaran untuk menjaga kelestarian alam dan memanfaatkan sumber daya dengan bijaksana sebagai amanah dari Allah SWT. Muhammadiyah juga aktif mendukung transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan, dengan memanfaatkan teknologi untuk kebaikan umat dan kelestarian bumi. Dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ramah lingkungan, kita tidak hanya memenuhi tanggung jawab kita sebagai khalifah di bumi, tetapi juga memberikan kontribusi nyata untuk mencapai target global Net Zero Emission 2060. Mari bersama-sama berperan aktif dalam menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih hijau, demi kesejahteraan umat manusia dan keberlangsungan bumi yang kita cintai.
Penulis:
M.Idris